Rabu, 29 Juni 2011

Konsep subtance abuse

LOSS AND GRIEVING

KONSEP KEHILANGAN
Konsep Dasar Kehilangan dan Berduka
KEHILANGAN
Definisi
Kehilangan adalah situasi actual atau potensial ketika sesuatu (orang atau objek) yang dihargai telah berubah,tidak lagi ada,atau menghilang.seseorng dapat kehilangan citra tubuh,orang dekat,perasaan sejahtera,pekerjaan,barang milik pribadi,keyakinan,atau sense of self-balik sebagian ataupun keseluruhan.peristiwa kehilagan dapat terjadi secara tiba-tiba atau bertahap sebagaisebuah pengalamantraumatik.kehilangan sendiri dianggap sebagai kondisi krisis,baik krisis situasional ataupun krisis perkembagan.dalam hal ini persepsi individu,tahap perkembangan,mekanisme koping,dan system pendukungnya sangatlah berpengaruhterhadap responsindividu dalam menghadapiproses kehilangan tersebut.Apabila proses kehilangan tidak dibarengi dengan koping yang positif dan penaganan yang baik,pada akhirnya akan berpengaruh pada perkembangan individu atau post of beningmatur-nya.
Sumber kehilangan
Beberapa sumber kehilangan antra lain;
a. Aspek diri.Kehilanaganpada aspek diri dapat meliputi kehilangan anggota tubuh (mis,ektremitasatas akibat kecelakaan),kehilangan fungsi fisiologis organ,kehilangan aspek psikologis,atau hambatan pada tumbuh kembang.
b. Objek ekternal.Khilangan objek ekternal dapat meliputi kehilangan objek hidup (mis,hewan kesayangan) atau objek kehidupan (mis,harta benda).
c. Lingkungan yang dikenal.kehilangan ini meliputi kehilangan lingkungan yang biasa dikenal oleh klien,mis,lingkungan fisik yang ditempati oleh klien atau lingkungan yang pernah ditinggali oleh klien dan telah menjdi bagian dari kehidupanya.Respons ini biasanya muncul apabila terjdi musibah banjir,badi,tanah longsor yang menyebabkan hilanganya suatu tempat atau daerah yang dicintai.
d. Orang yang dicintai.Kehilangan orang yang dicintai sifatnya dapat menetap atau sementara.kehilangan menetap contohnya adalah kematian orang tua,anak,suami/istri,sanak saudra ,dll.Sedangkan kehilangan yang sifatnya sementara cotohnya adalah ketidakmampuan menjalankan peran karena sakit.Respons dalam menghadapi peristiwa kehilangan yang menetap dalam proses tumbuh kembang normal dapat antisipasi melalaui kematangan psikologi,atau melalui pengalamansebelumnya.

Jenis kehilanagan
Jenis-jenis kehilangan meliputi;
a.Fisik atau actual.Jenis kehilangan ini sifatnya nyata dan dapat dikenali oleh orng lain.Dengan kta lain,orang lain dapat juga merasakan apa yang terjadi pada orang tersebut.
b.Psikologis.Jenis kehilngan ini ersifat obstrak dan tdak dapat dilihat orang lain;hanya yang mengalaminya yang bisah merasakan.Besarnya beban yang dirasakan bergantung pada beratnya kehilangan atau berartinya objek yang hilang.
c.Antisipasi.Jenis kehilangan ini sebenarnya dapat diantisipasi.Meski demikian,kebanyakan orang yang mengalami kondisi tersebut kerap menunjukan perilaku yang sama seperti orang yang kehilangan atau berduka,walaupun hal tersebut belum terjadi pada mereka.contohnya ketika orang yang mereka cintai menderita sakit terminal.
BERDUKA
Definisi
Berduka adalah reaksi emosional individu terhadap peristiwa kehilangan,biasanya akibat perpisahan yang dimanifestasikan dalam bentuk perilaku,perasaan,dan pikiran.Respons klien selama fase berduka meliputi;(1)perilaku bersedih (bereavomen),yaitu respons subjektif dalam masa berduka yang biasanya dapat menimbulkan masalah kesehatan;(2)berkabumg (mourning),yaitu periode pemerintah terhadap peristiwa kehilangan dan berduka serta dapat dipengaruhi oleh faktor social,budaya,dan kebiasaan.
Respons berduka
Respons berduka menurut kubler-ross meliputi;
1.Fase menyangkal (denial).Respons individu selama fase ini adalah menunjukkan sikap tidak percya dan tidak siap dalam menghadapi peristiwa kehilangan,syok,menagis,gelisah,tidak bergairah,dan menunjukkan kegembiraan yang dibuat-buat.Tugas perawat selama fase ini adalah memberikan dukungan secara verbal.
2.Fase marah (anger).Respons individu selama fase ini adalah marah terhadap orang lain yang bersifat iritabel.Biasanya,kemarahan tersebut diproyeksi kan pada benda atau orang dan ditandai dngan suara keras,meledak-ledak,tangan megepal,muka merah padam,perilaku agresif,gelisa,nadi cepat,dan napas tersengal-sengal.Tugas perawat selama fase ini adalah normal,mencegah klien mengalami depresi akibat kemerahan yang tidak terkontrol,mencari alternative kebutuhan yang lebih berarti di saat marah,menganjurkan klien untuk mengontrol emosi atau mengendalikan perasaanya.
3.Fase tawar menawar (bargaining).Respons individu selama fase ini adalah mulai mengungkapkan rasa marah terhadap peristiwa kehilangan yang terjadi,melakukan tawar menawar,mengekspresikan rasa bersalah dan rasa takut terhadap hukuman untuk dosa-dosanya di masa lalu, baik nyata ataupun imajinasi. Tugas perawat selama fase ini adalah mendengarkan dengan penuh perhatian, mempertahankan kontak mata, dan menganjurkan klien untuk mengekpresikan perasaannya, menghilangkan rasa bersalah dam ketakutan yang sifatnya irasional,dan bila mungkin memberikan dukungan spiritual kepada mereka.
4. Fase depresi (depression). Respon individu selama fase ini adalah berduka atas apa yang terjadi,menarik diri, tidak mau bicara, putus asa, dan terkadang bicara bebas. Tugas perawat selama fase ini adalah membantu klien mengekpresikan kesedihannya dan memberikan dukungan verbal kepada mereka.
5. Fase penerimaan (acceptance). Respon individu selama fase inu adalah mulai kehilangan minat terhadap lingkungan sekitar dan terhadap individu pendukung. Sejalan dengan itu, individu juga mulai membuat berbagai rencana guna mengatasi dampak dari peristiwa kehilangan yang terjadi. Selain itu, pikiran terhadap objek yang hilang juga sudah mulai berkurang. Sedangkan reaksi berduka menurut Engel (1964).
Dampak berduka
Dampak berduka berdasarkan kelompok usia meliputi:
1. Masa kanak-kanak. Dampak berduka di masa ini dapat mengancam kemampuan tumbuh kembang anak, menyebabkan anak mengalami regresi,serta membuatnya merasa takut,merasa ditinggalkan,atau tidak lagi diperhatikan.
2. Remaja dan dewasa muda. Peristiwa kehilangan yang terjadi dapat menyebabkan disintegrasi dalam keluarga. Akan tetapi, pada periode ini individu sudah melai menerima peristiwa kehilangan (mis,kematian orang tua) sebagai suatu hal yang wajar.
3. Lansia. Kematian pasangan (suami/istri) merupakan pukulan yang sangat berat bagi lansia. Selain itu,gangguan kesehatan juga semakin meningkat.


Asuhan keperawatan klien dalam proses kehilangan dan berduka
Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami proses kehilangan meliputi tiga komponen utama, yakni riwayat keperawatan, sumber koping personal ,dan pengkajian fisik. Dalam hal ini perawat perlu mengkaji respons klien dalam menghadapi kehilangan seta sumber-sumber yang tersedia bagi klien untuk berkoping dengan situasi tersebut. Lebih lanjut,perawat juga perlu mengkaji berbagai dat tentang status kesehatan klien; stressor personal lain; tradisi budaya dan spiritual, ritual, serta keyakinan terkait proses kehilangan dan berduka;dan jaringan pendukung (support network) yang diperlukan untuk menentuka rencana asuhan klien.
Analisis data
Pengkajian klien terkait proses kehilangan dan berduka meliputi tiga aspek, yakni fisiologis, emosional, dan kognitif.
Penetapan diagnosis
Menurut NANDA (2003),diagnosis spesifik yang terkait dengan proses berduka meliputi Duka cita adaptif dan duka cita maladaptive. Sedangkan diagnosis lain yang mungkin muncul antara lain gangguan proses keluarga, Gangguan penyesuaian, dan Risiko kesepian.
Perencanaan dan implementasi
Secara umum tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami proses berduka akibat kehilangan fungsi tubuh atau anggota tubuhnya adalah untuk menyesuaikan diri mereka dengan perubahan kemampuan yang terjadi serta mengarahkan kembali energi fisik maupun emosional mereka ke dalam upaya rehabilitas. Sedangkan tujuan mengalami kepedihan yang mendalam serta untuk mengarahkan kembali energy emosional yang dimiliki ke dalam kehidupannya dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kehilangan yang telah atau akan terjadi.
1. Duka cita adaptif
Yang berhubungan dengan:
a) Kehilangan fungsi atau ketergantungan, sekunder akibat (gangguan neurologis, kardiovaskuler, pernapasan, musculoskeletal, trauma)
b) Kehilangan akibat
c) Kehilangan dan pengaruh negatif yang ditimbulkan, sekunder akibat (nyeri kronis, penyakit termina, kematian)
d) Kehilangan gaya hidup akibat (melahirkan, pernikahan, perpisahan, perceraian)
e) Kehilangan harapan, mimpi
Kriteria Hasil
Individu akan mengekspresikan perasaan dukanya


Indikator
a. Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan untuk masa depan
b. Menyampaikan kekhawatiran yang dirasakan kepada orang terdekat

Intervensi umum
a) Kaji faktor penyebab kehilangan (mis,penyakit terminal, perpisahan, status ekonomi, perubahan harga diri, penuaan).
b) Kaji respons kien (mis,menyangkal, ,menolak, melakukan tawar-menawar, mengisolasi diri, putus asa, syok, marah, depresi, merasa bersalah, takut).
c) Dorongan klien untuk menyampaikan kekhawatirannya dengan teknik pertanyaan terbuka dan refleksi. Misalnya, “Apa yang Anda pikirkan hari ini?” atau “Apakah Anda merasa sedih?”
d) Ungkapkan keprihatinan Anda secara verbal dengan menggunakan teknik sentuhan.
e) Bantu klien dan keluarga mengidentifikasi kekuatan yang mereka miliki. Misalnya dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah Anda mempunyai teman dekat?”
f) Dukungan klien dan keluarga dalam menghaapi reaksi berduka.
g) Buka dialog tentang pilihan perawatan yang tersedia selama fase terminal (mis,perawatan di rumah atau lembaga rumh sakit) dan jelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing pilihan tersebut.
h) Tingkatkan upaya penanganan untuk setiap respons berduka.
 Penyangkalan: berikan dukungan dan kemudian upayakan untuk membangun kesadaran diri klien.
1) Isolasi: luangkan waktu yang konsisten bersama klien dan keluarga; beri kesempatan klien dan keluarga untuk menggali emosi mereka.
2) Depresi: tingkatkan perasaan berharga klien dengan memberikan penguatan yang positif; identifikasi tingkat depresi klien dan adanya indikasi untuk bunuh diri; luangkan waktu setiap hari untuk berbicara dengan klien dan keluarga.
3) Marah: beri kesempatan klien untuk menangis dan melepaskan energinya; dengarkan dan sampaikan keprihatinan Anda; perkuat dukungan dari orang terdekat dan dari tenag professional.
4) Takut: bantu klien dan keluarga dalam mengenali perasaan tersebut; gali sikap klien dan keluarga dalam menghadapi kehilangan, kematian, dan semacamnya; serta gali metode koping yang digunakan klien dan keluarga.
5) Penolakan: beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan tersebut secara verbal guna meredakan ketegangan emosi.
I. Dorongan klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan duka mereka secara verbal dan ajak mereka untuk meninjau kembali kehidupan yang telah mereka jalani.
II. Identifikasi kemungkinan munculnya reaksi berduka yang patologis (delusi, halusinasi, isolasi, depresi, indikasi bunuh diri dll)
III. Rujukan klien yang berpotensi mengalami respons berduka patologis untuk mendapatkan konseling.
IV. Berikan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi.
Rasional
a) Dengan mengetahui bahwa tidak ada lagi penanganan yang bias dilakukan untuk dirinya dan bahwa kematiannya semakin dekat dapat menimbulkan persaan marah, putus asa, kesedihan yang mendalam, dan respons berduka lainnya pada diri klien. Diskusi yang jujur dan terbuka dapt membantu kllien dan anggots keluarga dalam menerima dan berkoping dengan situasi yang ada dan berespons terhadap situasi tersebut (Hull,1992).
b) Sejumlah penelitian membenarkan bahwa intervensi dari tenaga professional serta layanan swa-bantu dan layanan sukarela yang didukung oleh tenaga professional mampu mengurangi risiko gangguan kejiwaan dan psikoanalitik akibat fase berkabung (Boyd & Nihart,1998).
c) Perawatan dirumah (home care) pada anggota keluarga menjelang kematian dapat memberikan pilihan dan control pada keluarga, dapat mengurangi perasaan tidak berdaya, dan dapat mendukung proses berduka yang efektif setelah kematian (Vickers & Carlisle,2000)
2.duka cita maladadaptif
Yang berehubungan dengan:
1. Kehilaangan fungsi atau kebergantungan, sekunder akibat (gangguan neurolis,kardiovaskuler,pernapasan,muskulosskeletal,dan trauma)
2. Kehilangan dan pengaruh negatif yang ditimbulkan,sekunder akibat (nyeri kronis,penyakit terminal,kematian)
3. Kehilangan gaya hidup akibat(melahirkan,pernikahan,perpisahan,perceraian)
4. Kehilangan normalis,sekunder akibat (cacat,lukja parut penyakit)
5. Kehilangan harapan,mimpi



Kriteria hasil
Individu akan menyatakan keinginan untuk mencari bantuan tenaga profesional

Indikator
1) Mengenali peristiwa yang terjadi
2) Mengenali proses berduka tidak tuntas
Interensi umum
1. Kaji faktor penyebab (tidak tersedianya faktor pendukung,sangat tergantung pada individu yang sakit/meninggal,strategi koping yang tidak efektif)
2. Bina hubungan saling percaya
3. Tingkatkan poerasaan klien melalui sisi tatap muka atau berkelompok
4. Dukung reaksi berduka yang ditunjukkan klien dan kluarga
5. Jelaskan reaksi berduka (shoc dan perasaan tidak percaya,muncul kesadaran dan restusi)
6. Jelaskan beberapa ekspresi berduka yang dapat diterima
I. Perilaku manik sebagai mikanisme pertahanan terhadap depresi
II. Hipereaktivitas sebagai reaksi cinta danb perlindungan dari depresi
III. Berbagai tingkat depresi
IV. Sebagai tingkat manifestasi somatik (penurunan/peningkatan berat badan,pusing,gangguan pencernaan)
1. Kaji pengalaman masa lalu klien dan keluarga dalam menghadapi kehilangan.
2. Kenali kekuatan yang dimiliki keluarga,dan perkokoh kekuatan tersebut
3. Dorong keluarga untuk mengevaluasi perasaan mereka dan memberi dukungan satu sama lain.
4. Jelaskan pentingnya mendiskusikan perilaku yang dapat mengganggu hubungan.
5. Indentifikasi realitas dari situasi yang tengah dihadapi keluarga secara berlahan dan hati-hati (mis,”setelah suami anda meninggal,siapa yang paling bnyyak membantu anda”.)
6. Tingkatkan upaya penanganan setiap responbs berduka.
I. Penyangkalan:jelaskan penggunaan mekanisme penyangkalanoleh salah satu anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lainnya,jangan memaksa klien melampaui fase tersebut tanpa kesiapan emosional.
II. Isolasi: tunjukkan penerimaan dengan memberikan kesempatan pada klien dan keluarga utuk berduka, bangun komunikasi yang jujur dan terbuka,dorong klien dan keluarga untuk lebih terlibat dalamn aktifitas sosial secara bertahap.
III. Depresi: perkuat harga diri klien,identifikasi tahap depresi yang dilaui dan lakukan pendekatan yang sesuai,tunjukkan sikap empati,indentifikasi adanya indikasi bunuh diri.
IV. Marah : jelasknan pada keluarga bahwa marah merupakan mekanisme yang digunakan individu dalam mengontrol lingkungannya karna ia tidak mampu mengontrol kehilangan yang terjadi, dorong klien untuk mengutarakan perasaan marahnya.
V. Takut: bantu klien untuk menemukan alasan dari perilaqku tersebut, pertimbangkan langkah alteratif untuk mengekspresikan perasaannya.
7. Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai dengan indikasi.

Rasional
a) Resiko kematian pad aprialebih besar dari pada wanita pada enam bulan fase berkabung. Perubahan pola perilaku kesehatan,seperti nutrisi,penggunaan alkohol,merokok,dan aktivitas fisik yang berkurang dapt meninggkatkan angka kematian tersebut (kapro & koskenvuo, 1987).
b) Semakin tinggi tingkat kebergantungan seorang pada orang yang sakit/mati,semakin sulit upaya resolusi (Varcarolis,1998).
c) Komnflik yang tidak terselesaikan dapat menghambat keberhasilan penanganan respons berduka (varcarolis, 1998).


Konsep dasar menjelang ajal dan kematian
Menjelang ajal (dying)

Definisi
Secara etimologi dying berasal dari kata dien yang berarti mendekati kematian. Denagan kata lain dying adalah proses ketika individu semakin mendekati akhir hayatnya atau disebut proses kematian. Kondisi ioni biasanya disebabkan olehsakit yang parah/terminal,atau oleh kondisi yang berujung kematian individu.

Tahapan menjelang ajal
Elisabeth kubler-ross, seseorang ahli kejiwaan dari amerika, menjelaskan secara mendalam respons individu dalkam menghadapi kematian. Secara umumia membedakan respons tersebut menjadi 5 fase yaiti penyangkalan danisolasi,marah,tawar-menawar,depresi,dan penerimaan.
Berdasarkan pandangannya, kubler-ross menyatakan bahwa respons tersebut
a) Tidak selamanya berurutan secara tetap
b) Dapat tumopang tindih
c) Lama tiap tahap bervariasi
d) Perlu perhatian perawat secara penuh dan cermat
Disamping kelima fase diatas,adapula fase ketidak tahuan dan ketidak pastian yang dikemukakan oleh sporken dan michels (P.J.M. stevens, 1999),akan tetapi,kali ini akan dibahas lima fase menjelang kematian menuirut kubler-ross.
1. Penyangkalan dan isolasi. Karakteristiknya antara lain:
a) Menunjukkan reaksi penyangkalan secara verbal,”tidak,bukan saya itu tidak mungkin.”
b) Secara tiudak langsung pasien menyatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia.
c) Merepresi kenyataan.
d) Mengisolasi diri dari kenyataan.
e) Biasanya begitu terpengaruh dengan sikap penolakannya.
f) Tidak begitu memperhatikan fakta-fakta yang dijelaskan padanya.
g) Mensupresi kenyataan.
h) Meminta penguatan dari orang lain untuk penolajkannya.
i) Gelisah dan cemas.
Tugas perawat pada tahap ini adalah:
 Membina hubungan saling percaya
 Memberi kesempatan pada klkien untuk mengekspresikan diri dan menguasai diri
 Melakukan dialog disaan klien siap,dan menghentikan ketika klien tidak mampu menghadapi kenyataan
 Mendengarkan klien dengan penuh perhatian dan memberikan kesempoatan untuk bermimpi tentang hal-hal yang menyenangkan
2. Marah.karakteristiknya antara lain:
a) Mengekspresikan kemarahan dan permusuhan
b) Menunjukkan kemarahan,kebencian,perasaan gusar,dan cemburu.
c) Emosi tidak kendali.
d) Mengungkapkan kemarahan secara verbal, “mengapa harus aku?” dilihat dari sudut pandang keluarga dan staf rumah sakit,kondisi ini sangat sulit dihadapi karena kemarahan terjadi disegala aspek dan diproyeksikan pada saat yang tak terrduga
e) Apapun yang dilihat dan dirasakan akan menimbulkan kluhan pada diri individu
f) Menyalahkan takdir
g) Kemungkinan akan mencela setiap oarang dan segala hal yang berlaku
Tuga perawat adalah:
 Menerima kondisi klien
 Berehati-hati dalam memberikan pernilaian,mengenali kemarahan dan emosi yang terkendali
 Membiarkan klien mengungkapkan kemarahannya.
 Menjaga agar tidak terjadi kemarahan dekstruktif dan melibatkan keluarga
 Berusa menghormati dan memahami klien, memberikan kesempatan dan memperlunak suara dan mengurangi permintaan yang penuh kemarahan
3. Tawar menawar. Karakteristiknya antara lain:
a) Kemarahan mulai mereda
b) Respons verbal “ya benar aku, tapi....”
c) Melakukan tawar menawar/barter,misalnya untuk menunda kematian
d) Mempunyai harapan dan keinginan
e) Terkesan sudah bisa menerima kenyataan
f) Berjanji kepada tuhan untuk menjadi manusia yang lebih baik
g) Cenderungmembereskan segala urusan
Tugas perawat adalah: sedapat mungkin beruapaya gar keinginan klie terpenuhi
4. Depresi. Karakteristiknya adalah:
a) Mengalami proses berkabung karna dulu ditinggal dan sekarang akan kehilangan nyawa sendiri.
b) Cenderung tidak banyak bicara,sering menangis
c) Kklien berada pada proses kehilangan segala hal yang ia cintai
Tugas petrawat adalah:
 Duduk tenang disamping klien
 Memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan kedudukannya
 Tidak terus menerus memaksa klien untuk melihat sisi terang suatu keadaan
 Memberi klien kesempatan untuk mengungkapkan persaannya
 Memberikan dukungan dan perhatian pada klien
5. Penerimaan. Karakteristiknya adalah:
a) Mampu menerima kenyataan
b) Merasakan kedamaian dan ketenangan
c) Respons verbal, “biarkan maut cepat mengambil ku,karna aku sudah siap.”
d) Merenungkan saat-saat akhir dengan pengharapan tertentu
e) Sering merasa lelah danb memerlukan tidur lebih banyak
f) Tahap ini buklan merupakan tahap bahagia, namun lebih mirip perasaan yang hampa
Tugas perawat adalah:
 Mendampingi klien
 Menenangkan klien dan meyakinkan bahwa anda akan mendampinginya sampai akhior
 Membiarkan klien mengetahui perihal yang terjadi pada dirinya
Upaya yang dapatperawat lakukan ketika klien melalui kelima tahap tersebut adalah menjadi katalisator agar klien dapat mencapai tahap akhir.upaya tersebut antara lain dilakukan dengan mengenali dan memenuhio kebutuhan klien,mendorong dan membnerikan klien kesempatan berbicara dan mengungkapkan emosi secara bebas,selalu siap membantu klien,dan menghormati perilaku klien (Tylor dkk, 1989)
Dampak sakit
Penyakit yang diderita klien.khsusnya pada klien dan keluarga.

KEMATIAN (death)
Secara itimologi death bersal dari kata death atau deth yang berarti keadaan mati atau kematian,sedangkan secara definitif,kematian adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-aparu secara menetap,atau terhentinya kerja otak secara permanen.ini dapat dilihat dari tioga sudut pandangtentang definisi kematian yakni (1) kematian jaringan; (2)kematian otak,yakni kerusakan otak yang tidak dapat pulih dan (3)kematian klinik, yakni klematian orang tersebut (Repor,2002)

PANDANGAN KEMATIAN
Seiring wqaktu,pandangan masyarakat tentang kematian telah mengalami perubahan. Dahulu kematian cenderung dianggap sebagai hal yang menakutkan dan tabu. Yakni, kematian telah dipandan sebagai hal yang wajar dan merupakan proses normal kehidupan.

TANDA-TANDA KEMATIAN
Tanda-tanda kematian terbagi kedalam tiga tahap, yakni menjelang kematian,saat kematian,dan setelah kematian.,
1. Mendekati kematian. Tanda-tanda fisik menjelang kematian meliputi:
a. Penurunan tonus otot
 Gerakan eksremitas brangsur-aqngsur menghilang,khususnya kaki dan ujung kaki
 Sulit berbicara
 Tubuh semakin lemah
 Aktivitas saluran pencerenaan menurun sehingga perut membuncit
 Otot rahang dan muka mengendor
 Rahang bawah cenderung turun
 Sulit menelan,refleks gerakan menurun
 Mata sedikit terbuka
b. Sirkulasi melemah
 Suhu tubuh pasien tinggi,tetapi kaki, tangan, ujung hidung pasien tersa dingin dan lembab.
 Kulit ekstremitas dan ujung hidung nampak kebiruan,kelabu atau pucat
 Nadi mulai tidak teratur,lemah dan cepat
 Tekanan darah menurun
 Peredaran darah perifer terhenti
c. Kegagalan fungsi sensorik
 Sensasi nyeri menurun atau hilang
 Pandangan mata kabur/berkabut
 Kemampuan indra berangsur-angsur menurun
 Sensasi panas,lapar,dingfin,dan tajam menurun.
d. Penurunan/kegagalan fungsi pernafasan
 Mengorok/bunyi napas teredengar kasar
 Pernaapasan tidak teratur dan berlangsung melalui mulut
 Pernapasan cheyne stoke

2. Saat kematian. Fase ini ditandai dengan:
a) Terhentinya pernapasan,nadi,tekanan darah,fungsi otak(tidak berfungsinya paru,jantung dan otak)
b) Hgilangnya respon terhadap stimulus external
c) Hilangnya kontrol atas sfingter kandung kemih dan rektum(inkontinensia) akibat peredaran darah yang terhambat,kaki dan ujung hidung meenjadi dingin
d) Hilangnya kemampuan panca indra; hanya indra pendengaran yang paling lama dapat berfungsi(stiven, dkk, 2000)
e) Adanya garis datar pada mesin elektroensefalografi,menunjukkan terhentinya aktifitas listrik otak untuk penilaian pasti suatu kematian.
3. Setelah kematian. Fase ini ditandai dengan:
a) Rigor mortis (kaku). Tubuh menjadi kaku 2-4 jam setelah kematian.
b) Algor mortis (dingin) suhu tubuh perlahan-lahan turun.
c) Livormortis (pos-mortem decomposition) perubahan warna kulit pada daerah yang tertekan,jaringan melunak dan bakteri sangat banyak.
Setelah klien meninggal,perawat bertugas melakukan perawatan pada jenasahnya. Disamping itu, perawat juga bertugas memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan orang terdekat
klien.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DALAM PROSES MENJELANG AJAL
Pengkajian

Pada kasus ini, perawat mengkaji seluruh data baik subjektif maupun objektif yang berhubungan dengan proses menjelang ajal dan kematian. Ini bisa dipelajari dari tanda-tanda yang muncul dari proses tersebut sesuai dengan tahapannya. Pengjkajian dilakukan secara cermat dengan mengamati tanda-tanda klinis klien, antara lain:

Fisik
Pengkajian fisik meliputi pengkajian menjelang,mendekati dan saat kematian.
1) Menjelang kematian. Fase ini ditandai dengan:
a. Perubahan tanda-tanda fital: nadi melemah dan lambat;penurunan tekanan darah; pernapasan eleguler dan tersengar-sengar melalui mulut.
b. Sirkulasi melemah: sensasi berkurang; kulit teraba dingin pada akral,ujung hidung,dan telinga; sianosis pada eksremitas.
c. Tonus otot menghilang: relaksasi otot wajah; kesulitan bicara; gangguan menelan dan perlahan-lahan refleks muntah menghilang;penurunan aktrifitas sitem pencernaan;penurunan refleks motorik
d. Kegagalan sensorik: pandangan kabur; kegagalan fungsi indra perasa dan penciuman
e. Tingkat kesadaran. Tingkat kesadaran klkien biasanya bervariasi,dari sadar,mengantuk,stupor, hingga koma.
2) Mendekati kematian. Pada tahap ini,manifestasi klinis bisa diamati pada klien meliputi:
a. Pupil berdilatasi
b. Refleks menghilang
c. Frekuensi nadi meningkat,kemudian menurun
d. Pernapasan cheyne Stokes
e. Tidak bisa bergerak
f. Klien mengorok atrau bunyi napas terdengat kasar
g. Tekanan darah menurun
h. Kematian
3) Kematian. Pada tahap ini manifestasi klinis biusa diamati pada klien antara lain:
a. Pernapasan,nadi,dan tekanan darah terhenti
b. Hilangnya respons terhadap simulus eksternal
c. Pergerakan otot sudah tidah ada
d. Pada ensefalogram datar (garis otak) berarti aktivitas listrik otak terhenti.

Psikologis
Respons psikologi yang mungkin muncul pada klien menjelang ajal adalan ansientas (kematian). Respons tersebut antara lain:
 Kehawatiran tentang dampak kematian pada diri orang terdekat
 Ketidak berdayaan terhadap isu yang berhubungan dengan kematian
 Perasaan takut kehilangan kemampuan fisik dan / atau mental apabila meninggal
 Kepedsihan yang diantisipasi yang berhubungan dengan kematian
 Kesedihan yang mendalam
 Perasaan takut dalam menjalanin proses dalam menjelang ajal
 Kehawatiran tentang pertemuan dengan sang pencipta atau perasaan ragu tentang keberadaan tuhan atau sang penguasa
 Kehilangan kontrol total tentang aspek kematian seseorang atau dsirinya
 Gambaran negatif tentang kematian atau pikiran tidak menyenangkan tentang kejadian yang berhubungan dengan kematian atau proses menjelang ajal
 Ketakutan terhadap kematrian yang ditunda
 Ketakutan terhadap kematian dini karna halk itu mencegah upaya pencapaian tujuan hidup yang penting

Penetaqpan diagnosis
Serangkaian diagnosis untuk memenuhi kebutuhan psikologia maupun psikososial dapat diterapkan pd klien yang mendekati kematian, bergantung pada hasil pengkajian. Beberapa diagnosa yang mungkin sesuai untuk klien tersebut adalah ketakutan,keputusasaan dan ketidak berdayaan. Diagnosis lain yang dapat menyertai diagnoisis tersebut antara lain,. Gangguan proses keluarga,dan ketegangan peran pemberian asuhan.



Perencanaan dan implementasi
Tujuanutama aduhan keperawatan untuk klien yang mendekati kematian adalah memperhatikan kenyamanan fisiologi dan psikologis serta mencapai kematian yang damai dan bermartabat, termasuk mempertahankan kontrol personal dan menerima kondisi kesehatan yang terus menurun.
1. Ketakutan
Yang berhubungan dengan:
 Pengaruh dini atau jangka panjang yang dirasakan akibat (kehilangan fungsi tubuh atau angghota tubuh; penyakit terminal;disabilitas jangka panjang; gangguan kognitif)
 Hilangnya kontrol dan hasil akhir dan tidak diperkirakan, sekunder akibat (hospitalisasi; prosedur pembedahan dan hasil akhir; lingkungan yang baru; kehilangan orang yang dicintai;perceraian;kegagalan)
 Perpisahan dari orang tua dan teman sebaya
 Ketakutan terkait usia (gelap,orang asing,hantu,monster,binatang)
 Ketidak pastian tentang (penampilan,dukungan teman,pernikahan,kehamilan,pekerjaan)
Kriteria hasil
Individu akan mengungkapkan kenyaman fisik dan psikologis yang kian meningkat

Indikator
 Memperlihatkan penurunan respons viseral(nadi,pernapasan)
 Membedakan antara kenyataan dan khayalan
 Menjelaskan pola koping efektif dan tak efektif
 Mengidentifikasi respons kopingnya sendiri
Intervensi umum
 Kaji faktor penyebab (lingkungan yang asing,perubahan lingkungan hidup, perubahan biologis dan psikologis,ancaman pada harga diri).
 Kurangi atau hilangkan faktor penyebab (perbedaan untuk masing-masing faktor).
 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan (tidak berdaya,marah).
 Berikan masukan tentang perasaan yang diungkapkan oleh klien
 Dorong untuk klien menggunakan mekanisme koping yang positif
 Dorong klien untuk menceritakan masalahnya pada orang lain
 Dorong klien menghadapi ketakutanya
 Hadirkan suasana yang tidak mengancam secara emosional
Saat intensitas ketakutan telah menurun
 Jelaskan isarat perilaku yang mengindikasikan meningkatnya ketakutan (mis. , “wajah anda memereah dan tangan anda mengepal saat kita membahas masalah kepulangan anda.”).
 Ajarkan cara meningkatkan kontrol.
 Identifikasi aktivitas yang dapat menyalurkan energi emosional klien guna mengurangi intensitas ketakutan.
 Sarankan atau ajarkan beberapa metode yang dapat meningkatkankenyaman atau relaksasi(teknik relaksasi progresif,membaca,mewndengarka musik,teknik napas dalam,tenik imajinasi terbimbing,yoga dll)
 Lakukan penyuluhan kesehatan sesuai indikasi
Rasional
 Rasa aman akan meningkatkan ketika individu bercermin dari individu lain yang telah berhasil mengatasi situasi menakutkan yang serupa
 Individu pendukung dan mekanisme koping merupakan sarana yang penting untuk mengurangi kecemasan.
 Meiniminalkan stimulus lingkungan dapat membantu m,engurangi ketakutan(varakolis, 1998)
 Dialog yang jujur dan terbuka dapat membantu upaya pemecahan masalah yang konmtruktif dan memberikan harapan.
 Aktivitas fisik membantu mengarahkan dan ketegangan (varakolia, 1998).
Keputusan
 Kondisi yang kian menurun
 Gangguan kemampuan fungsional (berjalan,eliminasi,makan)
 Pengobatan yang berlangsung lama (mis, kemoterapi,radiasi) yang dapat menyebabkan nyeri,mual,ketidak nyamanan
 Pengobatan yang lama, namun tanpa hasil
 Ketidak mampuan mencapai tujuan dalam hidup (pernikahan,pendidikan,anak-anak)
 Kehilangan sesuatu atau seseorang yang sangat di cintai (pasangan,anak,teman)
 Gangguan fungsi tubuh atau kehilangan anggota tubuh
 Hambatan dalam hubungan (perpisahan,perceraian)
 Kehilangan pekerjaan
Kriteria hasil
Individu akan:
 Memperlihatkan peningkatan energi, yang ditandai dengan aktivitas (mis. Perawatan diri, olah raga,hgobi)
 Mengungkapkan harapan yang positif tentang masa depan,mengungkapkan tujuan dan makna hidup
 Memperlihatkan inisiatif dfan otonomi dalm pengambilan keputusan dan pemecahan masah
 Mendefinisikan ulang masa depan dan menetapkan tujuan realistios
 Memperlihatkan kedamaian dan kenyamanan dengan situasi yang ada
Indikator
 Menyampaikan penderitaan yang dialami secara terbuka dan konstruktif kepada orang lain
 Mengenang dan mengulas kehidupannya secara positif
 Mempertimbangkan nilai-nilai dan makna hiduypnya
 Mengungkapkan perasaan optimis tentang kehidupan saat ini
 Membina,meningkatkan,dan mempertahankan hubungan yang positif dengan orang lain
 Berpartisipasi dalam peran yang bermakna
 Mengekspresikan keyakinan spiritua.
Intervensi umum
 Bantu klien mengidentifikasi dan mengungkap perasaannya.
 Dengarkan klien dengan seksama dan perlakuan ia sebagai seorang individu
 Tunjukkan sikap empati agar klien bersedia mengutarakan keraguan,ketakutan,dan kehawatiran
 Dorong klien untuk menceritakan bagaimana harapan menjadi ketidak pastian dalam hidupnyadan saat-saat ketika harapan telah mengecewakannya.
 Bantu klien mengidentifikasi hal-hal yang menyenangkan dan hal-hal yang mereka anggap sebagai humor
 Bantu klien memahami bahwa ia pribadi mampu mengatasi aspek keputusasaan dalam hidupnya dengan memisahkan aspek tersebut dari aspek penuh harapan. Bantu klkien mengidentifikasi area bkeputusasaan dalam hidupnya dan menerimanya. Bantu ia membedakan antara hal yang mungkin dan mustahil. Berdayakan sumber-sumber eksternal dan internal klien untuk m,endukung harapannya. Bantu klien mengidentifikasi alasan mereka untuk dan kemudian memberi makna dan tujuan pada hidup mereka.
 Tekankan keberhasilan pencapaian dimasa lalu dan gunakan informasi ini untuk merancang tujuan baru bersama klien
 Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (mis. Hubungan,keyakinan,tugas yang harus dituntaskan)
 Bantu klien dalam memecahkan masalah dan mengambil keputusan
 Hargai klien sebagai pengambilan keputusan yang kopeten; hargai keinginan dan keputusan yang diambil klien
 Bantu klien beralih dari permasalahan yang mustahil dipecahkan dan mulai berfokus pada masalah ysng realistik dan mungkin dipecahkan.
 Bantu klien mempelajari keterampilan koping yang efektif
 Dorong klien menggunakan teknik relaksasi sebelum menghadapi peristiwa stres yang telah diperkirakan sebelumnya
 Dorong klien melakukan imajinasi yang terbimbing untuk meningkatkan proses pikir yang positif
 Ajarka klien untuk “berharap menjadi” manusia terbaik hari ini dan untuk menghargai setiap waktu yang ada
 Libatkan keluarga dan orang terdekatklien dalam rencana keperawatan; ajarkan pada mereka poeran-peran yang harus dijalani untuk menumbukan harapan klien melalui hubungan yang positif dan saling dukung
 Dorong klien untuk berbagi rasa dengan individu lain yang memiliki masalah atau menderita penyakit yang sama serta memiliki pengalaman yang positif dalam menghadapi kondisi tersebut
 Hargai dan dukung harapan klien terhadap Tuhan dan bantu ia mengekspresikan keyakinan spiritualnya


Rasional
 Harapan terkait dengan bantuan yang diberikan oleh orang lain.dalam hal ini individu merasa sumber-sumber yang ada diluar dirinya akan memberinya dukungan disaat sumber-sumber serta kekuatan didalam dirinya tidak cukup untuk menghadapi stuasi yang ada (mis. Keluarga atau orang terdekat kerap menjadi sumber harapan) (thollett & thomas, 1995)
 Harapan terbukti brkaitan langsung dengan kualitas hubungan seseorang dengan orang lain (Gottschalk, 1974; herth, 1990)
 Harapan dianggap mampu memengaruhi kesehatan fisik,psikologis, dan spiritual individu (Causins, 1989; miller, 1985; whatson, 1979)
 Mempertahankan peran dan tanggung jawab keluarga penting untuk menumbuhkan harapan dan koping (herth 1989) selain itu,konsep harapan penting bagi kluarga yang anggotanya menderita penyakit kritis untuk memfasilkitasi koping dan penyesuain diri (Coulter, 1989)
 Hiburan,humor dan mengingat bkembali kenangan-kengan lama dapat meningkatkan harapan pada individu yang menderita penyakit terminal(herth 1993)
 Harapan yang diberikan oleh anggota keluarga dapat menular pada klien (miller 1991)
 Individu yang pernah mengalami keputus asaan tidak dapat membayangkan sesuatu apapun yang dapat dilakukan atau berharga untuk dilakukan,tidak pula membayangkan hal diluar peristiwa yang tengah terjadi.
 Individu dapat berkoping dengan bagian hidupnya yang ia pandang sebagai keputusasaan jika ia mampu menyadari bahwa ada banyak faktor dalam hidupnya yang penuh dengan harapan. Misalnya, seseorang menyadsari bahwa ia tidak akan bisa berjalan lagi,namun dengan begitu ia akan bisa pulang kerumah,berkumpul bersama cucu-cucunya dan berpergian. Dengan demikian,keputusasaan dapat membawa kita menemukan beberapa alternatif yang akan memberi makna dan tyujuan pada hidup kita. Untuk itu,penting kiranya menjauhkan harapan dari keputusasaan.
 Motivasi penting dalam proses pemulihan dari keputusasaan. Klien harus menetapkan sebuah tuyjuan bahkan ketika ia tidak terlalu optimis bisa mencapainya. Perawat berperan sebagai katalisator dalam mendorong klien mengambil langkah untuk mengidentifikasi tujuan. Setelah tujuan tersebut berhasil dicapai,tujuan yang lain harus dibuat.

Bagaimana menandai sebuah kekerasan emosional

Perlakukan kekerasan adalah perbuatan kejam di mana seseorang merendahkan orang lain dengan cara mendominasi dan mengendalikan perasaan dan pikiran secara paksa, ancaman dengan paksaan, perkataan menghina dan makian, intimidasi, manipulasi, isolasi dan perasaan bersalah. Pada kasus kekerasan emosional, seseorang biasanya dipaksa secara verbal yang disertai dengan kritik terus-menerus, penolakan, dan gertakan. Bila dibandingkan dengan kekerasan fisik, pengaruh kekerasan emosional dapat lebih merusak, dan efeknya pada perasaan si korban dapat berlangsung lama. Rasa takut yang terus menerus dari perlakuan kekerasan akan memperlemahnya dan akhirnya mematahkan spirit korban. Keberanian akan hilang dan kepercayaan diri akan melemah, begitu juga dengan harga diri. Korban akan terpukul secara emosional di mana keadaan mentalnya tidak mampu lagi melihat realitas situasinya dan ia akan menyalahkan dirinya untuk segala sesuatu. Korban biasanya tidak menunjukan bahwa mereka mendapat perlakuan kasar dan tidak pernah bicara tentang penyiksaan emosional yang sedang terjadi disebabkan karena malu dan takut. Dapat sangat sulit menentukan perlakukan kekerasan di dalam banyak kasus. Tapi ada beberapa tanda - tanda yang dapat menolong anda untuk mengenali keberadaan kekerasan emosional pada diri anda.

Tanda - tanda anak kecil yang mengalami kekerasan emosional:

1. Sangat pemalu, terlalu penurut dan patuh pada orang lain
2. Terlalu receptif pada kesan atau pengaruh apapun yang diberikan terutama pada hal - hal negatif
3. Tidak punya keyakinan diri dan mempunyai harga diri yang rendah
4. Terus menerus mengatakan pernyataan yang negatif tentang dirinya sendiri
5. Menghindar bermain dan melakukan aktifitas dengan anak - anak lain dan lebih suka menyendiri
6. Kelihatan depresi dan cemas setiap waktu
7. Menunjukan ledakan tangisan, agresif, kemarahan, dan mendemontrasikan kekejaman pada binatang atau anak lain
8. Mempunyai perilaku merusak diri - menonjok, menggigit atau menyayat dirinya
9. Kesulitan mempunyai teman dan sangat lengket dengan orang yang ia merasa dekat
10. Mengalami mimpi buruk dari waktu ke waktu dan mengotori tempat tidurnya
11. Berperilaku lebih muda dari usianya atau berperilaku lebih tua dari usianya (menunjukan perilaku dewasa)
12. Terdapat kelambanan fisik, psikologis, dan emosional

Tanda - tanda remaja yang mengalami kekerasan emosional:

1.Kekurangan energi dan mengalami kebosanan yang ektrim pada aktifitas apapun di rumah dan di sekolah
2. Mudah bingung, lamban dalam berpikir, dan kurang konsentrasi, yang cendrung menjadi harga diri yang rendah
3. Harga diri yang rendah dan selalu berpikir buruk atau kurang terhadap dirinya
4. Menunjukan perilaku merendahkan dengan menyalahkan diri sendiri atas kejadiannya - kejadian negatif dalam hidupnya
5. Menunjukan depresi yang ekstrim dalam bentuk terhadap penolakan apapun dan kurang motivasi dalam mencoba membetulkan kesalahan
6. Terlihat putus asa dan tidak ada harapan pada kehidupan dan mengabaikan kesehatan dan penampilan dirinya
7. Menunjukan kesedihan dengan mengisolasi diri, terus menerus menangis, menyukai musik atau sajak - sajak yang mempunyai tema negatif (seperti kematian atau kebencian)
8. Memperlihatkan kegetiran dan kurang berhubungan dengan orang lain, apakah itu dengan teman atau keluarga
9. Suka berahasia dan mempunyai kesulitan dalam mengekpresikan perasaannya, yakin bahwa tidak ada orang yang mau mendengarkannya
10. Sering mengeluh karena sakit, mengalami sakit kepala, sakit perut, pusing
11. Mempunyai ledakan kemarahan yang histeris dan perilaku merusak terhadap orang lain; bisa juga merusak lingkungan sekitarnya, membakar, terikat pada vandalisme dan penyiksaan binatang
12. Menunjukan pola gangguan tidur -- tidak bisa tidur di malam hari, sulit bangun pagi untuk sekolah, dan sering tertidur
13. Membuat nyaman dengan obat penenang atau alkohol yang mengarah pada kecanduan
14. Mempunyai pola makan yang tidak normal seperti memakan dan membuangnya (bulimia), penurunan berat badan yang cepat karena kehilangan nafsu makan (anoreksia), pertambahan berat badan yang cepat karena terlalu banyak makan (obesity)
15. Pesimis pada kehidupan dan menunjukan hal tersebut dengan usaha bunuh diri dan menyakiti diri sendiri -- menyayat kulitnya, menarik rambutnya, dan memukul dirinya hingga biru
16. Lari dari rumah dan bergabung dengan club atau gang dan ikut dalam kegiatan kriminal dan kekerasan

Tanda - tanda wanita/istri yang mengalami kekerasan emosional:
1. Menghindar berkumpul dengan teman atau keluarga, lebih senang menyendiri
2. Mempunyai keyakinan diri yang rendah dan merendahkan dirinya di semua aspek kehidupannya
3. Menunjukan kesedihan yang ektrim, sering menangis, dan sangat depresi
4. Sering mengeluh tentang penyakit fisik yang berbeda-beda seperti sakit kepala, sakit perut, sakit pada punggung belakang, dan sering pusing.
5. Tatapannya kosong di setiap waktu dan mudah bingung
6. Menunjukan perilaku merendahkan dengan menyalahkan diri sendiri atas kejadiannya
7. Menambah konsumsi obat-obat penenang atau alkohol yang mengarah pada kecanduan
8. Mengasingkan diri dari dunianya dan mencari kenyamanan di chat room (internet)
9. Kurang berminat pada sosialisasi dan menghindari kontak mata bila bicara dengan seseorang
10. Menunjukan perilaku kompulsif, phobia, terus menerus gugup dan tidak nyaman
11. sering mengeluh atau pasif dan reseftif pada bentuk apapun dari degradasi
12. Mempunyai kesulitan tidur dan pola makan
13. Berbicara tentang bagaimana ia benci dengan kehidupannya dan ingin mengakhirinya
14. Menghindari berbicara tentang pasangannya atau topik apapun yang berhubungan dengan hubungannya

Kamis, 25 November 2010

Tugas UTS IKD1


TRAUMA KEPALA
Head injury (Trauma kepala) termasuk kejadian trauma pada kulit kepala, tengkorak atau otak.
Batasan trauma kepala digunakan terutama untuk mengetahui trauma cranicerebral, termasuk gangguan kesadaran.
Kematian akibat trauma kepala terjadi  pada tiga waktu setelah injury yaitu :
1.Segera setelah injury.
2.Dalam waktu 2 jam setelah injury
3.rata-rata 3 minggu setelah injury.
Pada umumnya kematian terjadi setelah segera setelah injury dimana terjadi trauma langsung pada kepala, atau perdarahan yang hebat dan syok. Kematian yang terjadi dalam beberapa jam setelah trauma disebabkan oleh  kondisi klien yang memburuk secara progresif  akibat  perdarahan internal. Pencatatan segera tentang status neurologis dan intervensi surgical merupakan tindakan kritis guna pencegahan kematian pada phase ini. Kematian yang terjadi 3 minggu atau lebih setelah injury disebabkan oleh berbagai kegagalan sistem tubuh
Faktor 2 yang diperkirakan memberikan prognosa yang jelek adalah adanya intracranial hematoma, peningkatan usia klien, abnormal respon motorik, menghilangnya gerakan bola mata dan refleks pupil terhadap cahaya, hipotensi yang terjadi secara awal, hipoksemia dan hiperkapnea, peningkatan ICP.
Diperkirakan terdapat 3 juta  orang di AS mengalami trauma kepala pada setiap tahun.  Angka kematian di AS akibat trauma kepala sebanyak 19.3/100.000 orang. Pada umumnya trauma kepala disebabkan oleh kecelakaan laluintas atau terjatuh.
Jenis Trauma Kepala :
1. Robekan kulit kelapa kepala.
Robekan kulit kepala merupakan kondisi agak ringan dari trauma kepala. Oleh karena kulit kepala banyak mengandung pembuluh darah dengan kurang memiliki kemampuan konstriksi, sehingga banyak trauma kepala dengan perdarahan hebat. Komplikasi utama robekan kepala ini adalah infeksi.
2. Fraktur tulang tengkorak.
   Fraktur tulang tengkoran tengkorak sering terjadi pada trauma kepala. Beberapa cara untuk menggambarkan fraktur tulang    tengkorak :
  
   a.Garis patahan atau tekanan.
   b.Sederhana, remuk atau compound.
   c.Terbuka atau tertutup.


Fraktur yang terbuka atau tertutup bergantung pada keadaan robekan kulit atau  sampai menembus kedalam lapisan otak. Jenis dan kehebatan fraktur tulang tengkorak bergantung pada kecepatan pukulan, moentum, trauma langsung atau tidak.
Pada fraktur linear dimana fraktur terjadi pada dasar tengkorak biasanya berhubungan dengan  CSF. Rhinorrhea (keluarnya CSF dari hidung) atau otorrhea (CSF keluar dari mata).
Ada dua metoda yang digunakan untuk menentukan keluarnya CSF dari mata atau hidung, yaitu melakukan test glukosa pada cairan yang keluar yang biasanya positif. Tetapi bila cairan bercampur dengan darah ada kecenderungan akan positif karena darah juga mengadung gula. Metoda kedua dilakukan yaitu  cairan ditampung dan diperhatikan gumpalan yang ada. Bila ada CSF maka akan terlihat darah berada dibagian tengah dari cairan dan dibagian luarnya nampak berwarna kuning mengelilingi darah (Holo/Ring Sign).
Komplikasi yang cenderung terjadi pada fraktur tengkorak adalah infeksi intracranial dan hematoma sebagai akibat adanya kerusakan menigen dan jaringan otak. Apabila terjadi fraktur frontal atau orbital  dimana cairan CSF disekitar periorbital (periorbital ecchymosis. Fraktur dasar tengkorak dapat meyebabkan ecchymosis pada tonjolan mastoid pada tulang temporal (Battle’s Sign), perdarahan konjunctiva atau edema periorbital.
Commotio serebral :
Concussion/commotio serebral  adalah keadaan dimana berhentinya sementara fungsi otak, dengan atau tanpa kehilangan kesadaran, sehubungan dengan aliran darah keotak. Kondisi ini biasanya  tidak terjadi kerusakan dari struktur otak dan merupakan keadaan ringan oleh karena itu disebut Minor Head Trauma. Keadaan phatofisiologi secara nyata  tidak diketahui. Diyakini bahwa kehilangan  kesadaran sebagai akibat  saat adanya stres/tekanan/rangsang pada  reticular activating system pada midbrain menyebabkan disfungsi elektrofisiologi sementara. Gangguan kesadaran terjadi  hanya beberapa detik atau beberapa jam.
Pada concussion yang berat akan terjadi kejang-kejang dan henti nafas, pucat, bradikardia, dan hipotensi yang mengikuti keadaan penurunan tingkat kesadaran. Amnesia segera akan terjadi. Manifestasi lain yaitu nyeri kepala, mengantuk,bingung, pusing, dan gangguan penglihatan seperti diplopia atau kekaburan penglihatan.
Contusio serebral
Contusio didefinisikan sebagai kerusakan dari jaringan otak. Terjadi perdarahan vena, kedua whitw matter dan gray matter mengalami kerusakan. Terjadi penurunan pH, dengan berkumpulnya  asam laktat dan menurunnya konsumsi oksigen yang dapat menggangu fungsi sel.
Kontusio sering terjadi pada tulang tengkorak yang menonjol. Edema serebral dapat terjadi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan ICP. Edema serebral puncaknya dapat terjadi pada 12 – 24 jam setelah injury.
Manifestasi contusio bergantung pada lokasi luasnya kerusakan otak. Akan terjadi penurunan kesadaran. Apabila kondisi berangsur kembali, maka tingat kesadaranpun akan berangsur kembali tetapi akan memberikan gejala sisa, tetapi banyak juga yang mengalami kesadaran kembali seperti biasanya. Dapat pula terjadi hemiparese. Peningkatan ICP terjadi bila terjadi edema serebral.
Diffuse axonal injury.
Adalah injury pada otak dimana akselerasi-deselerasi injury dengan kecepatan tinggi, biasanya berhubungan dengan kecelakaan kendaraan bermotor sehingga terjadi terputusnya axon dalam white matter secara meluas. Kehilangan kesadaran berlangsung segera. Prognosis jelek, dan banyak klien meninggal dunia, dan bila hidup dengan keadaan persistent vegetative.
Injury Batang Otak
Walaupun perdarahan tidak dapat dideteksi, pembuluh darah pada sekitar midbrain akan mengalami perdarahan yang hebat pada midbrain. Klien dengan injury batang otak akan mengalami coma yang dalam, tidak ada reaksi pupil, gangguan respon okulomotorik, dan abnormal pola nafas.
Komplikasi :

Epidural hematoma.
Sebagai akibat  perdarahan pada lapisan  otak yang terdapat pada permukaan bagian dalam dari tengkorak. Hematoma epidural sebagai keadaan neurologis yang bersifat emergensi dan biasanya berhubungan dengan linear fracture yang memutuskan arteri yang lebih besar, sehingga menimbulkan perdarahan. Venous epidural hematoma berhubungan dengan robekan pembuluh vena dan berlangsung perlahan-lahan. Arterial hematoma terjadi pada middle meningeal artery yang terletak di bawah tulang temporal. Perdarahan masuk kedalam  ruang epidural. Bila terjadi perdarahan arteri maka  hematoma akan cepat terjadi. Gejalanya adalah penurunan kesadaran, nyeri kepala, mual dan muntah. Klien diatas usia 65 tahun dengan peningkatan ICP berisiko lebih tinggi meninggal dibanding usia lebih mudah.
Subdural Hematoma.
Terjadi  perdarahan antara dura mater dan lapisan arachnoid pada lapisan meningen yang membungkus otak. Subdural hematoma biasanya sebagai akibat adanya injury pada otak dan pada pembuluh darah. Vena yang mengalir pada permukaan otak  masuk kedalam sinus sagital merupakan sumber terjadinya subdural hematoma. Oleh karena subdural hematoma berhubungan dengan kerusakan vena, sehingga hematoma terjadi secara perlahan-lahan. Tetapi bila disebabkan oleh kerusakan arteri maka kejadiannya secara cepat. Subdural hematoma dapat terjadi secara akut, subakut, atau kronik.
Setelah terjadi perdarahan vena, subdural hematoma nampak membesar. Hematoma menunjukkan tanda2 dalam waktu 48 jam setelah injury. Tanda lain yaitu  bila terjadi konpressi jaringan otak maka akan terjadi peningkatan ICP menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan nyeri kepala.  Pupil dilatasi. Subakut  biasanya terjadi  dalam waktu 2 – 14 hari setelah injury.
Kronik subdural hematoma terjadi  beberapa minggu atau bulan setelah  injury.  Somnolence, confusio, lethargy, kehilangan memory merupakan masalah kesehatan yang berhubungan dengan subdural hematoma.
Intracerebral Hematoma.
Terjadinya pendarahan dalamn parenkim yang terjadi rata-rata 16 % dari head injury. Biasanya terjadi pada  lobus frontal dan temporal yang mengakibatkan ruptur pembuluh darah intraserebral pada saat terjadi injury. Akibat robekan intaserebral hematoma atau intrasebellar hematoma akan terjadi  subarachnoid hemorrhage.
Collaborative Care.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk memonitor hemodinamik dan mendeteksi edema serebral. Pemeriksaan gas darah guna mengetahui kondisi oksigen dan CO2.
Okdigen yang adekuat sangat diperlukan untuk mempertahankan metabolisma serebral. CO2 sangat beepengaruh untuk mengakibatkan vasodilator yang dapat mengakibatkan edema serebral dan peningkatan ICP. Jumlah sel darah, glukosa serum dan elektrolit diperlukan untuk memonitor kemungkinan adanya infeksi atau kondisi yang berhubungan dengan lairan darah serebral dan metabolisma.
CT Scan diperlukan untuk mendeteksi adanya contusio atau adanya diffuse axonal injury. Pemeriksaan lain adalah MRI, EEG, dan lumbal functie untuk mengkaji kemungkinan adanya perdarahan.
Sehubungan dengan contusio, klien perlu diobservasi 1 – 2 jam di bagian emergensi. Kehilangan tingkat kesadaran terjadi lebih dari 2 menit, harus tinggal rawat di rumah sakit untuk dilakukan observasi.
Klien yangmengalami DAI atau cuntusio sebaiknya tinggal rawat di rumah sakit dan dilakukan observasi ketat. Monitor tekanan ICP, monitor terapi guna menurunkan edema otak dan mempertahankan perfusi otak.
Pemberian kortikosteroid seperti hydrocortisone atau dexamethasone dapat diberikan untuk menurunkan inflamasi. Pemberian osmotik diuresis seperti mannitol digunakan untuk menurunkan edema serebral.
Klien dengan trauma kepala yang berat diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal dan mencegah kecacatan yang nmenetap. Dapat juga diberikan infus, enteral atau parenteral feeding, pengaturan posisi dan ROM exercise untuk mensegah konraktur dan mempertahankan mobilitas.

Selasa, 10 Agustus 2010

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Romantis Laek
TTL : Bondowoso, 15 September 1990
Alamat : Jl Pasar Pakem, Petung
Telepon : 085236230118
Alamat E-Mail :
romantisl@ymail.com
lromantis@ymail.com
romantislaek@gmail.com
laekroman@gmail.com
Alamat Facebook :
romantisl@ymail.com
Alamat Blog :
dianhusadaromantislaek.blogspot.com
Pendidikan
TK Kusuma Bangsa
SD Negeri Petung 01
SMP Negeri 01 Pakem
SMA Negeri 01 Bondowoso